Senin, 10 September 2012

Sebuah Pesan Singkat



Sudah dua bulan aku sekolah di tingkat SMA, aku masuk kelas X.C. Disana aku mendapat banyak teman yang bisa mengerti dan menganggap aku ada. Menurutku kelas itu adalah kelas yang paling kompak dan memiliki solidaritas yang tinggi. Di kelas itu aku memiliki dua orang sahabat yang bernama Nenda dan Fitriani, mereka memanggil aku dengan sebutan Ibay, yang aku sendiri tak tau apa hubungannya dengan namaku Erisa. Tetapi selain kedua sahabatku itu aku mempunyai sahabat lain, tetapi dia seorang laki-laki, dia bernama Juno. Juno sangat dekat denganku sama seperti kedua sahabatku Nenda dan Fitriani.

                Awal mula aku dekat dengannya karena sebuah sms yang berisikan “Lebarannya ga jadi, haha”. Semenjak adanya pesan itu aku dan Juno semakin dekat, dan lebih sering saling mengirim pesan hingga berkomunikasi langsung. Dia sering bercerita padaku tentang pacarnya yang berbeda sekolah dengan kami.
“Ibay, aku punya cerita !” kata Juno padaku.
“cerita tentang apa emangnya? “ jawabku.
“aku putus” jawabnya dengan santai.
“hah? putus ? ko bisa?” jawabku kaget dan bingung kenapa dia menjawabnya santai.
“ya bisalah” jawabnya.
“idih, ko ga jelas?”
Sebelum dia menjawab bel sudah berbunyi mendahului, yang menandakan jam istirahat telah selesai. Kami pun beranjak ke kursi masing-masing.

                Waktu telah berlalu hingga dua minggu dia tidak juga melanjutkan cerita alasan kenapa dia putus. Tetapi hubungan kami semakin dekat semenjak kejadian itu, walaupun aku masih bingung kenapa dia tidak melanjutkan cerita itu. Banyak yang heran dengan kedekatanku dengan Juno. Kami sering mengobrol berdua di kelas, dan berbagi makanan, dan meminjam sendal yang sedang dipakainya, karena saat di kelas  itu memang tidak diperbolehkan memakai sepatu. Hingga salah satu temanku bertanya.
“Risa, kamu sebenernya temenan atau gimana sih sama Juno ? ko deket banget gitu ?” tanyanya.
“Kita cuma temenan biasa, kaya aku sma Nenda dan Fitriani, kenapa emang ?” jawabku.
“engga, soalnya deket kalian itu aneh, kaya orang yang udah pacaran”jawabnya sambil tersenyum.
“...” aku juga hanya bisa tersenyum menanggapinya.

                Hingga suatu hari, kelasku mempunyai rencana untuk merayakan ulang tahun salah satu P.A (Pembimbing Akademik) atau umumnya sering disebut wali kelas. Kami juga berkoordinasi dengan kelas XII untuk merayakannya. Hingga hari itu tiba, kebetulan di hari itu juga kami merayakan ulang tahun salah satu teman sekelasku yaitu icha, aku dengan Juno juga semakin kompak, karena ikut menjahili teman yang berulang tahun itu.

                Akhirnya acara itu selesai, kami semua juga memutuskan untuk pulang, karena tidak mungkin kami menginap. Kebetulan disaat pulang aku dan Juno berada dalam satu angkot. Saat kami memasuki angkot itu, aku merasakan ada hal aneh pada teman – teman yang lain yang kebetulan satu angkot denganku. Tiba-tiba mereka memojokanku dengan Juno, dan yang membuatku heran kami sama-sama malu dan kehilangan kata-kata.
“ehem, si Juno diem di pas pintu kayanya mau ngejagain si Erisa tuh” jawab Dian sambil menunjuk Juno.
“iya tuh, iya engga Jun ?” tanya dini pada Juno.
“hah ? engga ah, iya ga sa ?” tanya Juno padaku.
“eh ? iya – iya bener!” jawabku dengan ekspresi kaget.
“aah ga usah boong, ko kalian sampe salah tingkah gitu ?” tanya Dian pada kami.
“sa, ga usah dinggep yaa?” pinta Juno padaku.
                Tetapi yang lain malah semakin memojokan kami berdua saat Juno mengatakan hal itu. Aku juga tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku salah tingkah, dan aku merasakannya, aku suka pada seorang yang kuanggap sahabatku sendiri.

                Setelah semester dua, kami berpisah kelas karena keputusan sekolah untuk langsung menjuruskan kami ke IPA, IPS, atau Bahasa. Aku menjadi kelas XIPAC dan Juno menjadi XIPAD. Kebetulan kelas kami juga bersebelahan.

                Setelah perpisahan kelas itu, sekolah mengadakan acara ‘Unjuk Bakat’ dari setiap kelas, dan untuk kelas X, sekolah mengizinkan kami untuk tampil bersama kelas yang dulu yaitu kelas X.C.  Sekolah menunjuk kelasku untuk tampil di minggu depan. Walaupun seluruh murid sekarang sudah berbeda kelas dan berbeda jadwal, kami menyempatkan diri untuk berlatih saat bubar sekolah. Kami terus berlatih dalam waktu satu minggu, walaupun lelah, lelah itu tak terasa karena kami bisa bersama kembali.

                Setelah seminggu berlatih, hari ini adalah hari puncaknya, karena hari ini adalah hari dimana kelas kami akan tampil. Kami berusaha semampu kami, walaupun kami malu-malu melakukannya. Penampilan itu terasa istimewa, karena salah satu teman kami akan pindah sekolah dikarenakan orang tuanya berpindah tugas ke luar kota. Hari itu sangatlah bermakna. Selesai acara itu kami berkumpul di kelas kami dulu, kami mengadakan acara jujur-berani. Jujur diacara itu aku sangat was-was, karena aku takut teman-temanku menanyakan hal yang tidak kuduga. Hingga botol yang berputar itu menujukan arah ke arah diamana Juno duduk.
“Juno, kamu suka siapa dikelas ini ?” tanya Dian.
“hmm, aku suka sama orang yang matanya itu coklat” jawabnya
“coklat ?” tanya Dian yang bingung.
                Aku pun ikut bingung karena di kelas ini banyak yang memiliki bola mata yang berlensa coklat. Hingga akhirnya giliranku pun tiba.
“sa, aku ga akan banyak ngomong lagi, kamu suka siapa di kelas ini ?” tanya Dian padaku.
“hmm, aku jujur ni ya, aku suka sama dia, salah seorang murid disini” jawabku.
                Dalam seketika kelas riuh tak jelas mendengar jawabanku tadi. Aku juga jadi ikut salah tingkah setelah suasana kelas riuh, karena mereka jadi memojokan dan mengejek aku dengan Juno.

Setelah kejadian itu aku dan Juno jarang berkomunikasi satu sama lain. Orang lain berkata padaku kami seperti tidak mengenal satusama lain. Aku pun ikut merasakannya, aku juga merasa hari berlalu dengan berbeda.

Aku pun memberanikan diri dibantu temanku bertanya melalui pesan singkat mengapa dia menjauh. Aku mengirim pesan seperti ini:
“ Juno, kamu sombong deh, kenapa ga suka nyapa lagi ? Jadi cuek gitu sama aku ”
Dia membalas smsku seperti ini:
“ Engga ko, sifat aku emang dari awalnya cuek bay, terus gatau sekarang-sekarang kalo sama yang lain becanda itu ya kaya biasa, tapi kalo sama kamu aku jadi kaya gabisa becanda, rasanya ‘kagok’ ”

                Aku sontak kaget membaca pesan singkat yang dikirim Juno. Seminggu kemudian tepatnya di hari Jumat, salah satu temanku bernama febri berulang tahun. Seluruh murid kelas X.C, termasuk aku dan Juno merayakannya. Setelah acara itu selesai, semua pulang ke rumah masing-masing, saat kami pulang hujan turun cukup deras, dan waktu sudah menunjukan pukul 05.45 sore. Nenda dan temanku Nda memberi saran padaku untuk meminta Juno mengantar, aku langsung mengiyakan karena sudah cukup gelap untuk pulang sendiri. Nda langsung memanggil Juno, dan menyuruhnya mengantar aku pulang. Tetapi salah satu temanku icha meminta Juno untuk menjaga pacarnya Bams yang sedang sakit. Walaupun aku kecewa, aku memutuskan meminta Juno untuk pulang bersama dengan Bams.

                Setelah aku melangkah cukup jauh, Bams memanggilku, aku melihatnya berjalan mendekat bersama Juno. Tetapi Juno tidak menyapaku sedikitpun. Disaat kami berjalan hanya aku yang menggunakan payung.
“Ko cuma aku yang pake payung ?” tanyaku sambil menggeserkan payung agar aku merasakan air hujan.
“Jangan nekat coba!” jawab Juno sambil menarik kembali payung itu, yang membuat aku cukup kaget karena sedari tadi dia tidak berbicara padaku. Tetapi aku hanya bisa diam dan tidak menjawab saat juno mengatakan hal itu.
“gapapa sa, kamu kan cewe” jawab bams, saat aku masih terpaku pada perkataan Juno.
                Beberapa menit kemudian, aku hampir terpeleset saat mencoba berlari. Tapi saat aku hampir terjatuh, aku seperti melihat dia menahanku dari belakang, dan aku juga sempat mendengar dia berkata “awas!” . Setelah itu ternyata mereka berdua mengantarkanku hingga rumah, walaupun mereka harus basah kuyup karena terkena hujan.  Aku pun berterima kasih pada mereka, karena telah mengantar aku hingga rumah. Mereka pun menjawabnya bersamaan. Saat aku sampai rumah, rasanya seperti mimpi, dan aku semakin yakin pada perasaanku. Sejak saat itulah aku menyukai hujan.

                Setelah kejadian itu, aku dan Juno kembali dekat dan kembali saling mengirim pesan.  Semakin lama kami kian dekat, kami mengetahui perasaan kami masing-masing bahwa kami saling menyukai. Seluruh temanku juga mendukung jika aku berpacaran dengan Juno, karena Juno memiliki sikap yang baik dan sangat perhatian, walaupun banyak juga yang bilang bahwa Juno kepalang cuek.

                Setelah semua kejadian itu, aku dan Juno memutuskan untuk menjalani semua keadaan baik itu susah ataupun senang bersama. Berbagi apapun keadaannya, dan memutuskan saling menjaga juga  saling mempercaya satu sama lain.

0 komentar:

Posting Komentar