Sudah dua bulan aku sekolah di tingkat SMA, aku masuk kelas X.C.
Disana aku mendapat banyak teman yang bisa mengerti dan menganggap aku ada.
Menurutku kelas itu adalah kelas yang paling kompak dan memiliki solidaritas
yang tinggi. Di kelas itu aku memiliki dua orang sahabat yang bernama Nenda dan
Fitriani, mereka memanggil aku dengan sebutan Ibay, yang aku sendiri tak tau
apa hubungannya dengan namaku Erisa. Tetapi selain kedua sahabatku itu aku
mempunyai sahabat lain, tetapi dia seorang laki-laki, dia bernama Juno. Juno
sangat dekat denganku sama seperti kedua sahabatku Nenda dan Fitriani.
Awal mula aku dekat dengannya karena sebuah sms yang berisikan “Lebarannya ga
jadi, haha”. Semenjak adanya pesan itu aku dan Juno semakin dekat, dan lebih
sering saling mengirim pesan hingga berkomunikasi langsung. Dia sering
bercerita padaku tentang pacarnya yang berbeda sekolah dengan kami.
“Ibay, aku punya cerita !” kata Juno padaku.
“cerita tentang apa emangnya? “ jawabku.
“aku putus” jawabnya dengan santai.
“hah? putus ? ko bisa?” jawabku kaget dan bingung kenapa dia
menjawabnya santai.
“ya bisalah” jawabnya.
“idih, ko ga jelas?”
Sebelum dia menjawab bel sudah berbunyi mendahului, yang
menandakan jam istirahat telah selesai. Kami pun beranjak ke kursi
masing-masing.
Waktu telah berlalu hingga dua minggu dia tidak juga melanjutkan cerita alasan
kenapa dia putus. Tetapi hubungan kami semakin dekat semenjak kejadian itu,
walaupun aku masih bingung kenapa dia tidak melanjutkan cerita itu. Banyak yang
heran dengan kedekatanku dengan Juno. Kami sering mengobrol berdua di kelas,
dan berbagi makanan, dan meminjam sendal yang sedang dipakainya, karena saat di
kelas itu memang tidak diperbolehkan memakai sepatu. Hingga salah satu
temanku bertanya.
“Risa, kamu sebenernya temenan atau gimana sih sama Juno ? ko
deket banget gitu ?” tanyanya.
“Kita cuma temenan biasa, kaya aku sma Nenda dan Fitriani,
kenapa emang ?” jawabku.
“engga, soalnya deket kalian itu aneh, kaya orang yang udah
pacaran”jawabnya sambil tersenyum.
“...” aku juga hanya bisa tersenyum menanggapinya.
Hingga suatu hari, kelasku mempunyai rencana untuk merayakan ulang tahun salah
satu P.A (Pembimbing Akademik) atau umumnya sering disebut wali kelas. Kami
juga berkoordinasi dengan kelas XII untuk merayakannya. Hingga hari itu tiba,
kebetulan di hari itu juga kami merayakan ulang tahun salah satu teman
sekelasku yaitu icha, aku dengan Juno juga semakin kompak, karena ikut
menjahili teman yang berulang tahun itu.
Akhirnya acara itu selesai, kami semua juga memutuskan untuk pulang, karena tidak
mungkin kami menginap. Kebetulan disaat pulang aku dan Juno berada dalam satu
angkot. Saat kami memasuki angkot itu, aku merasakan ada hal aneh pada teman –
teman yang lain yang kebetulan satu angkot denganku. Tiba-tiba mereka
memojokanku dengan Juno, dan yang membuatku heran kami sama-sama malu dan
kehilangan kata-kata.
“ehem, si Juno diem di pas pintu kayanya mau ngejagain si Erisa
tuh” jawab Dian sambil menunjuk Juno.
“iya tuh, iya engga Jun ?” tanya dini pada Juno.
“hah ? engga ah, iya ga sa ?” tanya Juno padaku.
“eh ? iya – iya bener!” jawabku dengan ekspresi kaget.
“aah ga usah boong, ko kalian sampe salah tingkah gitu ?” tanya
Dian pada kami.
“sa, ga usah dinggep yaa?” pinta Juno padaku.
Tetapi yang lain malah semakin memojokan kami berdua saat Juno mengatakan hal
itu. Aku juga tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku salah tingkah, dan
aku merasakannya, aku suka pada seorang yang kuanggap sahabatku sendiri.
Setelah semester dua, kami berpisah kelas karena keputusan sekolah untuk
langsung menjuruskan kami ke IPA, IPS, atau Bahasa. Aku menjadi kelas XIPAC dan
Juno menjadi XIPAD. Kebetulan kelas kami juga bersebelahan.
Setelah perpisahan kelas itu, sekolah mengadakan acara ‘Unjuk Bakat’ dari
setiap kelas, dan untuk kelas X, sekolah mengizinkan kami untuk tampil bersama
kelas yang dulu yaitu kelas X.C. Sekolah menunjuk kelasku untuk tampil di
minggu depan. Walaupun seluruh murid sekarang sudah berbeda kelas dan berbeda
jadwal, kami menyempatkan diri untuk berlatih saat bubar sekolah. Kami terus
berlatih dalam waktu satu minggu, walaupun lelah, lelah itu tak terasa karena
kami bisa bersama kembali.
Setelah seminggu berlatih, hari ini adalah hari puncaknya, karena hari ini
adalah hari dimana kelas kami akan tampil. Kami berusaha semampu kami, walaupun
kami malu-malu melakukannya. Penampilan itu terasa istimewa, karena salah satu
teman kami akan pindah sekolah dikarenakan orang tuanya berpindah tugas ke luar
kota. Hari itu sangatlah bermakna. Selesai acara itu kami berkumpul di kelas
kami dulu, kami mengadakan acara jujur-berani. Jujur diacara itu aku sangat
was-was, karena aku takut teman-temanku menanyakan hal yang tidak kuduga.
Hingga botol yang berputar itu menujukan arah ke arah diamana Juno duduk.
“Juno, kamu suka siapa dikelas ini ?” tanya Dian.
“hmm, aku suka sama orang yang matanya itu coklat” jawabnya
“coklat ?” tanya Dian yang bingung.
Aku pun ikut bingung karena di kelas ini banyak yang memiliki bola mata yang
berlensa coklat. Hingga akhirnya giliranku pun tiba.
“sa, aku ga akan banyak ngomong lagi, kamu suka siapa di kelas
ini ?” tanya Dian padaku.
“hmm, aku jujur ni ya, aku suka sama dia, salah seorang murid
disini” jawabku.
Dalam seketika kelas riuh tak jelas mendengar jawabanku tadi. Aku juga jadi
ikut salah tingkah setelah suasana kelas riuh, karena mereka jadi memojokan dan
mengejek aku dengan Juno.
Setelah kejadian itu aku dan Juno jarang berkomunikasi satu sama
lain. Orang lain berkata padaku kami seperti tidak mengenal satusama lain. Aku
pun ikut merasakannya, aku juga merasa hari berlalu dengan berbeda.
Aku pun memberanikan diri dibantu temanku bertanya melalui pesan
singkat mengapa dia menjauh. Aku mengirim pesan seperti ini:
“ Juno, kamu sombong deh, kenapa ga suka nyapa lagi ? Jadi cuek
gitu sama aku ”
Dia membalas smsku seperti ini:
“ Engga ko, sifat aku emang dari awalnya cuek bay, terus gatau
sekarang-sekarang kalo sama yang lain becanda itu ya kaya biasa, tapi kalo sama
kamu aku jadi kaya gabisa becanda, rasanya ‘kagok’ ”
Aku sontak kaget membaca pesan singkat yang dikirim Juno. Seminggu kemudian
tepatnya di hari Jumat, salah satu temanku bernama febri berulang tahun.
Seluruh murid kelas X.C, termasuk aku dan Juno merayakannya. Setelah acara itu
selesai, semua pulang ke rumah masing-masing, saat kami pulang hujan turun
cukup deras, dan waktu sudah menunjukan pukul 05.45 sore. Nenda dan temanku Nda
memberi saran padaku untuk meminta Juno mengantar, aku langsung mengiyakan
karena sudah cukup gelap untuk pulang sendiri. Nda langsung memanggil Juno, dan
menyuruhnya mengantar aku pulang. Tetapi salah satu temanku icha meminta Juno
untuk menjaga pacarnya Bams yang sedang sakit. Walaupun aku kecewa, aku
memutuskan meminta Juno untuk pulang bersama dengan Bams.
Setelah aku melangkah cukup jauh, Bams memanggilku, aku melihatnya berjalan
mendekat bersama Juno. Tetapi Juno tidak menyapaku sedikitpun. Disaat kami
berjalan hanya aku yang menggunakan payung.
“Ko cuma aku yang pake payung ?” tanyaku sambil menggeserkan
payung agar aku merasakan air hujan.
“Jangan nekat coba!” jawab Juno sambil menarik kembali payung
itu, yang membuat aku cukup kaget karena sedari tadi dia tidak berbicara
padaku. Tetapi aku hanya bisa diam dan tidak menjawab saat juno mengatakan hal
itu.
“gapapa sa, kamu kan cewe” jawab bams, saat aku masih terpaku
pada perkataan Juno.
Beberapa menit kemudian, aku hampir terpeleset saat mencoba berlari. Tapi saat
aku hampir terjatuh, aku seperti melihat dia menahanku dari belakang, dan aku
juga sempat mendengar dia berkata “awas!” . Setelah itu ternyata mereka berdua
mengantarkanku hingga rumah, walaupun mereka harus basah kuyup karena terkena
hujan. Aku pun berterima kasih pada mereka, karena telah mengantar aku
hingga rumah. Mereka pun menjawabnya bersamaan. Saat aku sampai rumah, rasanya
seperti mimpi, dan aku semakin yakin pada perasaanku. Sejak saat itulah aku
menyukai hujan.
Setelah kejadian itu, aku dan Juno kembali dekat dan kembali saling mengirim
pesan. Semakin lama kami kian dekat, kami mengetahui perasaan kami
masing-masing bahwa kami saling menyukai. Seluruh temanku juga mendukung jika
aku berpacaran dengan Juno, karena Juno memiliki sikap yang baik dan sangat
perhatian, walaupun banyak juga yang bilang bahwa Juno kepalang cuek.
Setelah semua kejadian itu, aku dan Juno memutuskan untuk menjalani semua
keadaan baik itu susah ataupun senang bersama. Berbagi apapun keadaannya, dan
memutuskan saling menjaga juga saling mempercaya satu sama lain.
0 komentar:
Posting Komentar