Penulis : Frances Hodgson Burnett
Penerbit : Gramedia
Judul
buku ini adalah A Little Princess yang mengisahkan gadis kecil bernama Sara
Crewe. Kapten Crewe sangat menyayangi anaknya, Sara Crewe. Bagi nya, anak yang
pintar adalah harta yang tak ternilai harganya. Untuk menunjukkan rasa cinta
kepada anaknya itu, Kapten Crewe membelikan Sara gaun-gaun yang indah serta
boneka-boneka.
Boneka
itu besar, tapi tidak terlalu besar untuk ditenteng; rambutnya keriting
keemasan alami, yang tergantung seperti mantel yang menyelimutinya. Matanya
dalam, jernih, abu-abu kebiruan, dengan bulu mata asli –bukannya garis yang
digoreskan- yang lembut dan tebal. Boneka itu bernama Emily.
Sara
adalah gadis kecil penuh khayalan dan pikiran fantastis, salah satunya adalah
cara dia membayangkan betapa indahnya jika Emily hidup, bisa mendengar dan
memahami Sara. Khayalannya itu sering membuat orang yang mendengarnya takjub,
khayalannya itu membuat orang yang mendengarnya merasa itu adalah suatu
kenyataan.
Jika
kau memiliki seorang ayah yang tahu segala sesuatu, bisa berbicara dalam tujuh
atau delapan bahasa, dan memiliki ribuan jilid buku yang sepertinya dia hafal
di luar kepala, dia akan berharap kalau kau paling tidak memahami isi buku-buku
pelajaranmu. Begitu pula dengan Kapten Crewe, mengirimkan Sara dari India ke
Sekolah Asrama Nona Minchin di London.
Sebaliknya,
Sara juga sangat menyayangi ayahnya; “Aku mencintai ayahku lebih dari apapun
yang ada di dunia dikalikan sepuluh.”
Dia
anak yang ramah, tulus, serta mau berbagi keistimewaan dan apa pun yang
dimilikinya dengan teman-temannya. Sara tidak pernah menghardik atau memerintah
anak-anak kecil yang biasanya menjadi bulan-bulanan anak yang lebih tua.
Pernah
suatu hari Sara bercerita kepada temannya, Lottie; “Ibuku ada di surga. Tapi
aku yakin terkadang dia menjengukku di sini, walaupun aku tidak bisa
melihatnya. Ibumu juga begitu. Mungkin mereka sedang melihat kita sekarang.
Mungkin mereka ada di ruangan ini.”
Menjadi
seorang putri itu tidak ada hubungannya dengan penampilanmu atau apa yang kau
miliki, tetapi apa yang kau pikirkan dan apa yang kau lakukan. Jika semesta
menakdirkan kita sebagai seorang dermawan, sejak lahir tangan dan hatimu akan
senantiasa terbuka; dan meskipun saat kita tidak memiliki apa-apa untuk
dibagikan, hati kita akan selalu penuh, dan kita bisa membagikan apa yang
keluar dari sana –kehangatan, kebaikan, dan kelembutan- pertolongan,
kenyamanan, dan tawa- kadang-kadang tawa yang hangat dan riang adalah
pertolongan terbaik.
Kehidupan
Sara yang bergelimangan harta, berubah 180 derajat saat ayahnya meninggal dan
kekayaannya habis. Semuanya merubah sikap kepadanya. Seperti teman sekelasnya
dan gurunya di sekolah, kecuali teman dekatnya yang memang benar-benar percaya
dirinya karena cerita menakjubkannya tentang tambang berlian, bukan karena
harta milik ayahnya. Tetapi dia tidak langsung menyerah, walaupun dia tidak
diperbolehkan ikut belajar bersama di kelasnya, dia terus tersenyum dan sabar
menghadapi cobaannya walaupun harus melewati hari-harinya dengan menjadi
seorang pembantu di sekolah itu. Selain itu, dia juga harus tinggal di kamar
loteng yang keadaannya bahkan tak layak disebut kamar, karena keadaannya yang
kotor. Dia disitu ditemani oleh sekeluarga tikus yang selalu menemaninya
berbicara.
Setelah
sekian lama menghadapi semua itu sendirian, akhirnya dia menemukan
kebahagiaannya, ternyata arta milik ayahnya masih ada dan menjadi miliknya,
Sara pun kembali menjadi seorang puteri.
Buku
ini saya rekomendasikan karena jika kita meresapi kata-kata dan mengikuti
caranya yang sabar dalam menghadapinya kita pasti bisa menggapai apa yang kita
inginkan. Jangan pernah takut untuk bermimpi dan berhayal.
0 komentar:
Posting Komentar